Kota dan Ijazah

Urban, Sky, Buildings, City, Skyscrapers, London
Kota dan Ijazah



Lelahku terhubung bersama waktu. Di dekap polesan rindu. Tak bertuan sebuah angan. Nestapa pelayan menyuguhkan ratusan jawaban. saling menjawab, serupa tanya jawab.

Letak angan kini bergesek paruh waktu. Dari waktu subuh hingga kuali berbau asap. Mengaduk nasib bercengkerama bumbu dunia. Peluh tak jadi jaminan keringat pekat. Apalagi air yang hanya mengalir.

Sesak kepala berdempetan. melagukan surat negara berwabah hina. Kata orang surat tak lagi kuasa. Hingga orang-orang menunjuk keras sebuah telunjuk menembus dahi. Asumsiku itu adalah otak. sempat mengulang ternyata bukan. Itu senjata kejam orang-orang berdasi.

Aku berdiri di ujung kaki. Diantara bunyi palu dan semburan debu. sesekali traktor permisi di depanku dengan suara singa. Aku masih basah tangan menggenggam surat kuasa. Hari itu, kota serupa medan perang. menunggu genderang. membunuh keegoisan. capit-capit traktor berlalu lalang.

Es Teh memanggilku memasuki warung tua. Banyak nasib singgah di sana. Serupa suram, dosa, caci dan penjual menjadi saksi. Aku mencoba membayar nasib. Namun tentu tak ada yang bisa dibayarkan. Surat kuasa ikut kesal.

Ku ambil sejenak pikiran. Kubuang bersama ludah kering berbau penyesalan. berulang dan terus terulang. Sepatu mengabari bahwa kaki butuh air. Aku menyiramnya mengikut sebuah masjid. Berbenturan tepat kumandang Azan.
Rintik tangisan berkilauan. tengadah muka, tengadah hati. Ucapan lirih menyapu bersih

Duh Gusti...carikanlah aku penyambung nyawa..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sembunyi di Dataran Sunyi

Menebak Pagi

Ilusi Pengkhianatan