Jalanan Anak-anak

Rider, Motorcycle, Bike, Speed, Motorbike, Road
Jalanan Anak-anak
Asap membatuk meniru burung pelatuk. Keringat menyebar kulit kekar. Kuingat warna roda yang tetap sama. Berputar memanggil asap.

Hey kau raja jalanan. Bertarung memaki waktu malam. Wanitamu memanjat bendera. Berteriak cuilan nada. Merampok masa depannya sendiri.

Bising tak sebising hati para penanggung keriput. Lesu tak selesu hari yang memeluk gaji. Adakah sebait cincin berdarah biru. Jika takdirmu pasir hitam.

Berteriakpun hanya akan merobek mulut. Lalu setelahnya akan merobek hati-hati famili. Memilih untuk tetap menasehati. Tinggalkan jejak berupa tulisan putih.

Sudahilah komersial tawa. Hampir semuanya menelanjangi perjaka. Tak sudi untuk diam tanpa aksi. hasil imajinasi diri dan layar kaca.

Kau pikir mereka muntah uang. Yang sebagiannya kau ambil untuk membayar hutang. Bahkan harian mereka berbulu sang pejuang. dalam diri mereka ada darah artis ibu kota. Sayangya, di tempat yang salah. Tepat di hati yang seharusnya berisi janji.

Ibu-ibu mereka hanya petuah. Bapak-bapak mereka mengais sampah. Kau bilang semua akan baik-baik saja. Hingga mereka berdua memakai selimut tanah. Hingga hujanmu berubah darah.

Lebih dari itu penjual layar kaca tak mau tau. Kecuali laporan harian tentang sosial media memanja. ribuan kata harus jadi cerita. Sepuluh menit kemudian, Tuan negeri datang meminta jatah dalam bentuk pemeriksaan berkali-kali. hasilnya terbukti. sama seperti mereka sebelum meninggalkan debu di masa lalu.

untukmu tukang televisi di seluruh indonesia. pinjam direkturnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sembunyi di Dataran Sunyi

Menebak Pagi

Ilusi Pengkhianatan