Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Aku dan Potongan Kisah

Di titik ini, aku tidak berani lagi menyentuh kisahmu. Hanya potongan kisah. Kadang hanya angin berlalu. Kita dewasa. Kita dipaksa dewasa. Aku tak lagi banyak menawarkan senyum. Rangkaian kata sudah tak lagi rapi. Pegangan ini tak lagi erat. Tak lagi aku ingin... Seluruh kisahmu... Aku biarkan utuh... Seutuhnya milikimu... Aku titip angka 26... Aku titip segumpal senyum... Kita menua... Saat kita benar-benar berkisah... Saat senja membawa kita duduk... Kemudian berdiri... Meninggalkan genggaman... Sebelum senja lelah...

Ini Aku

Hei... Ini Aku... Kau tak mengenalku... Lagi... Kenapa... Bagaimana bisa... Tidak mungkin... Lagi... Hei... Maaf... Lagi... Sekali lagi... Tidak lagi... Andriawan

Apa Kabar Jakarta

Sudah sangat sangat sangat lama aku tidak menginjakkan kaki di blog ini. Sebuah kalimat hiperbola dilontarkan oleh penulis gadungan. Pena hatiku berdebu. Tak sempat tertuang pada halaman-halaman digital yang tinggal di sini. Yap...tulisan ini diketik dari ponsel canggih keluaran terbaru saat kipas angin menyala mengusir panas dan nyamuk. Tulisan ini cukup dekat dengan lokasi Monas. Hanya beberapa kilometer saja. Kenapa aku kemari? Karena seseorang pernah datang kesini. Meminta izin. Lalu pergi. Lalu.. apa saja yang tersisa darimu selain ketika jari, stress, panas dan rutinitas membosankan terus bergulir? Harapan kecil bahwa aku bisa mengadu nasib layaknya orang berbadan kekar lainnya. Tak perlulah kusebut-sebut ibu kota. Toh sama saja dengan kota-kota lainnya. Hanya saja gedung-gedung dan kemewahan yang sering muncul di Televisi. Membawa sedikit sekali sisa gaji untuk dikumpulkan dan dikirim ke kampung halaman. Itu masih menjadi motivasi terbesar. Motivasi yang menahan jeritan 

Konsep Novel

Mainline: Andriawan, terbangun dari tidurnya, menemukan dirinya berada ditengah - tengan perpustakan. Terbangun hanya dengan tumpukan buku, rak-rak yang memanjang puluhan kilo. Tanpa suara. Bersama ketidaktahuan dan kebingungan, dia berjalan menyusuri tempat asing tersebut sembari mengingat dengan keras apa saja yang terakhir kali ia lakukan. Berbulan-bulan ia menyusuri tempat itu tanpa menemukan siapapun. Bertahan hidup dari membaca buku-buku disekelilingnya. Tanpa dia sadari, dia memasukan banyak sekali informasi dari buku-buku yang ada. Dia bertekat membaca semua buku dan menemukan cara keluar dari tempat tersebut.