Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Hai.. Aku Curhat nih...

Malam yang terasa sama seperti malam di Minggu -minggu sebelumnya. Dan ini, malam Minggu. Entah apa yang membuat aku tergerak nulis lagi. Kali ini bukan tentang puisi. Hanya sedikit pandangan diri. Di titik ini, detik ini, aku memutuskan banyak hal. Keputusan yang sebenarnya aku sendiri belum benar-benar tau apakah itu yang terbaik. Setidaknya, aku sudah mengambil keputusan. Dan menerima konsekuensi. Tahun ini, 2019, tahun penting bagi keluargaku. Tahun ini pertama kalinya akan hadir anggota keluarga baru. Ya, kakak pertama akan menikah. Semoga lancar. Semuanya terlihat bersemangat. Akupun juga. Karena aku tau, ini moment yang ditunggu-tunggu oleh ibu. Melepas anak pertamanya menjalani kehidupan yang sebenarnya. Itu artinya, waktunya berhenti sejenak dari rewelnya ibu kota. Menyediakan waktu, kembali ke kota kecil. Kota dimana kita, entah istimewa atau tidak, pernah bertemu. Bertemu keluarga, Berkumpul dan merayakan. Sudah setahunan ini aku melihat ibu gelisah. Anak laki-laki pertamany

Lembar-lembar Kertas Lusuh

Kali ini aku tidak bercerita tentang teknis. Blogku yang satu ini lebih membahas sisi pribadi. Tak ada bau pekerjaan atau karir di sini. Hanya celoteh refleksi dan potongan-potongan ceritaku.

Nairsa

Sebuah nama yang akan menjadi konsep tulisanku. Entah kapan. Aku suka nama itu. Aku akan mengawalinya dari kisah karakter nairsa. Gadis kecil yang berjuang membuktikan dirinya bisa. Selalu membuktikan dirinya bisa. Dan selalu menyimpan semuanya sendirian. Rapat dan erat.

Cermin 2019

2019, postingan pertama di tahun ini. Banyak hal terjadi. Belum sempat tersampaikan di sini. Belum sempat bercerita. Tahun ini...aku memutuskan untuk tidak lagi mengutak-atik masalah hati.. masalah wanita... masalah cinta... Padahal... beberapa bulan sebelum keputusan aku menyerahkanmu kembali ke awal semula ketika perasaan ini muncul, aku sangat-sangat siap membicarakan pernikahan, membicarakan masa depan. Walaupun sebenarnya aku tidak paham benar apa itu. Tapi bersama kamu, itu semua serasa bisa dijalani. Sesulit apapun. Tidak lagi.. Mengapa? Karena aku sadar... benar-benar sadar. Aku bukan pilihan. Tak bisa memilih. Tak punya jalan lagi. Sebelumnya... Aku seperti prajurit...terus berjuang... mendapatkan hatimu... walaupun tampak di sana...tak berbuat banyak... hampir tak berbuat apa-apa. Aku menunggu dan menanti keputusan. Sembari memperbaiki diri. Terus seperti itu. Hingga orang tuamu, memberi sinyal. Keraguan. Ketidakmampuan. Ketidakpercayaan. Aku ingin maju menepis sem