Tentang Kisah.... Tentang Puisi.... Tentang Impian.... Tentang Senyuman :)
Aku percaya kisah sederhana jika diceritakan dengan indah akan menjadi luar biasa... (andriawan-d)
Kali ini aku tidak bercerita tentang teknis. Blogku yang satu ini lebih membahas sisi pribadi. Tak ada bau pekerjaan atau karir di sini. Hanya celoteh refleksi dan potongan-potongan ceritaku.
Aku sering bercermin Dan kadang aku berbohong Sering... Seiring bertambah dewasa Aku ucapkan kata mahal Sekedar menutupi kesunyian Tamparan permukaan Tak sempat Aku pegang Aku dan Jalan memucuk Tepat di ujung Aku bertepuk Menebar tetesan tetesan Orang anggap air mata Sikapku berpola Balita sanggup membacanya Kadang merenggut suasana Tepat saat lembah bernana Aku duduk Tak berfikir Kosong Saat ucapan ini mengalir Aku bagai bola bola Dilempar Kemudian Jatuh Kadang memantul Ke arah yang tak betul Bisuku menyebutnya abadi Tak lahir tak sedih Segala yang melekat raga Tinggal sebentar Aku menyebutku kuat Persis seperti orang sekarat Nekat Taat Umpat Masih beranikah kau berjalan di atas Api Kau aku dan aku mirip kelemahan (Untuk aku dan aku yang bodoh...)
Negeri Kopi Sianida Sebentar saja aku tinggal dalam mimpi, terbit jenis kopi baru. Biasanya aku bertatap muka kopi milik ayah. Kadang sedikit pahit, kadang sedikit gula. Kopi nampak asing yang membuat pusing. Lalu tergeletak mengucap diam dan terkapar. Wartawan membangunkan dengan cercaan pertanyaan. Di mimpiku seorang buta bertanya. Harusakah ada yang mati, padahal di bangku pendidikan kita telah dikenalkan kimia. Walau tak sempat bertanya. Aku terbangun bersama terkejut. Mimpiku mengataiku sialan. Akhirnya kuberlari tepat di depan sebuah televisi. Menganga bak manusia tanpa kelana. Negeriku bukan negeri sandiwara. Lihat saja para petarung medianya. Satu kisah ribuan kata mendunia. Bahkan kopi hitam khas ibu tak sempat terkenal walaupun puluhan tahun ada di meja. Aku iri dengan kopi Sianida. Wajahnya setenar artis ibu kota. Pelakunya sembunyi di antara ribuan manusia. Sementara aku tetap begitu. Mengulang rutinitas roda cahaya. Tak peduli walau tak...
Menulis Pagi-pagi Buta Mesin di hari itu selalu mencetak wajah. Mesin di hari itu berbunyi menghakimi. Membawa kembali canda tersangkut di jemari kaca menghadap wajah. Mesin di hari itu mampu memanipulasi hati. Bahkan, itu semua hanya sebuah mesin. Tak lebih dari sekumpulan jalur listrik yang menggelitik. Tapi orang menungganginya seperti kuda. Image Source: https://pixabay.com/en/chives-plant-meadow-spring-green-175639/
Komentar
Posting Komentar