Hai.. Aku Curhat nih...

Malam yang terasa sama seperti malam di Minggu -minggu sebelumnya. Dan ini, malam Minggu.

Entah apa yang membuat aku tergerak nulis lagi. Kali ini bukan tentang puisi. Hanya sedikit pandangan diri.

Di titik ini, detik ini, aku memutuskan banyak hal. Keputusan yang sebenarnya aku sendiri belum benar-benar tau apakah itu yang terbaik. Setidaknya, aku sudah mengambil keputusan. Dan menerima konsekuensi.

Tahun ini, 2019, tahun penting bagi keluargaku. Tahun ini pertama kalinya akan hadir anggota keluarga baru. Ya, kakak pertama akan menikah. Semoga lancar. Semuanya terlihat bersemangat. Akupun juga. Karena aku tau, ini moment yang ditunggu-tunggu oleh ibu. Melepas anak pertamanya menjalani kehidupan yang sebenarnya.

Itu artinya, waktunya berhenti sejenak dari rewelnya ibu kota. Menyediakan waktu, kembali ke kota kecil. Kota dimana kita, entah istimewa atau tidak, pernah bertemu. Bertemu keluarga, Berkumpul dan merayakan.

Sudah setahunan ini aku melihat ibu gelisah. Anak laki-laki pertamanya belum menemukan jodohnya. Tahun ini, mungkin kegelisahan ibu akan berkurang. Kemudian kegelisahan ibu akan pindah memikirkan anak keduanya. Aku.

Memang sampai saat ini belum ada serangan pertanyaan kapan nikah dari keluarga. Palingan pertanyaan di ibu kota udah punya gebetan belum dan hal-hal tidak pasti lainnya.Pastinya tidak bisa aku jawab. Aku cuma bisa membayar dengan senyuman dalam diam. Padahal dulu aku sendiri yang ngebet pengen nikah mudah. Tapi, memang tidak semudah itu ferguso!

Semenjak merantau, aku jadi tau bagaimana dunia orang-orang dewasa. Karir. Uang. Pola pikir kebanyakan orang. Dan akhirnya aku juga masuk ke sana. Harus aku akui, aku berubah banyak. Beberapa baik. Beberapa tidak baik. 

Semenjak finansial pribadiku menguat. Aku bisa mengirim beberapa bagian keuangan aku ke keluarga. Memenuhi kebutuhan adik-adik dan biaya lainnya. Ada rasa lega, aku yang dulu sering merepotkan, masih bisa memberi sedikit harapan untuk keluarga. Ya, walaupun sampai sekarang kadang masih merepotkan juga sih. Tapi aku telah buktikan dan akan terus buktikan aku bisa mandiri.

Keputusan besar lainnya di tahun ini, adalah... tentangmu. Aku memutuskan untuk tidak lagi membuka jalur komunikasi apapun kepadamu. Ngomong soal komunikasi, aku memang tidak banyak bisa diandalkan. Apalagi ketika berkomunikasi denganmu. Rasanya otak berserakan. Mulut terkunci.

Aku bisa pahami. Kamu mungkin kecewa, marah, kesal. Aku memang tidak bisa jadi orang lain. Seperti yang pernah kamu sampaikan. Aku memaksa diri jadi orang lain untuk mendapatkan perhatianmu. Dan itu semua tidak banyak berhasil. Aku memutuskan untuk jadi diri sendiri dan menghilang. Meninggalkan kata-kata perih. Membuatmu membenciku.

Sekuat apapun aku menolak, membohongi, menyimpan, kamu tau seperti apa bentuk perasaan ini. Hanya saja, aku merasa belum layak. Banyak dariku yang berkategori belum. Dan aku, ingin membuktikan. Suatu hari nanti. Tubuh kecil nan pas-pasan ini masih bisa bertahan.

Kita punya mimpi masing-masing. Kita punya orang-orang yang harus dibahagiakan. Kita kadang egois. Mencintai. Tapi tidak ingin terluka dan sakit.
Aku masih ingin bersama impian. Merantau masih menjadi keinginan besar aku. Berpetualang ke negeri orang. Salah satu mimpi kita. Mimpiku.

Dimanapun kita bertemu nanti. Kita harus dewasa dan tersenyum. Hal yang paling sulit namun harus dijalani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sembunyi di Dataran Sunyi

Menebak Pagi

Ilusi Pengkhianatan