Kata-Kata Kita


Kata-Kata Kita

Kita seperti layang-layang tanpa benang. Melambung menertawai senandung. Mengikat diri memilih arah yang tersambung-sambung.

Dulu ada senyum di antara kita. Persisnya berbentuk tawa. Bergantian menyusun cerita. Selalu lelap dalam usang tidurku sebelum terpenjam. Tembok gelap di hamparan kamar menyanyikan pengantar tidur. Tanpa ada lagi bantahan terhadap hari.

Hari itu hati kita terpecah-pecah. Berserakan dan berpencar ke segala arah. Satu terlempar mengenai ibu. Salah satu kita menangis. Satu lagi diam disusul tangis. Dua sisanya tak tau dimana. Terlihat hanya seragam biru bercucuran air mata. Hari itu. Hari itu aku memiliki kisah baru. Lenyap memakan waktu. Gelap tampak di dekatku. Lalu aku benar mengingatmu bagian yang tak sama. Aku tertuduh jatuh cinta.

Kita pernah sama-sama memikul sepi. Sejak kita ciptakan keadaan hujan menjadi kemarau. Dan sedikit tertusuk sebilah penasaran. Aku dan kalian.
Tak lagi betah memakai kata-kata kita. Berselisih hati derai air mata. Kini sepenuhnya Aku dan Kalian. Mengantarkan makna kumpulan waku kita bersama. Aku takut hatiku tertinggal. Entah siapa yang pernah bersama. Atau memang sengaja ku tinggal.

Meskiku tau berpisah adalah bagian dari kisah, bagian yang lain menjadi pasti. Tak apa tak ingat sebuah janji. Hati paham nama-nama kalian.

Tuhan tau kalian pernah dikirim mengisi waktu. Aku ambil senyum-senyum itu. Mungkin akan meninggalkan bagian yang tak terjawab. Karena waktu menyembunyikannya di depan sana.

Kalian bertiga berbaju biru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sembunyi di Dataran Sunyi

Menebak Pagi

Ilusi Pengkhianatan