Adik Titipan Kemarin
Adik Titipan Kemarin |
Tak susah mengira tentang diamku. Meretakkan jembatan berteras biru. Berlari sampai isi penjuru penghuni atap. Memisah bertahun-tahun bertabur diam.
Dia Tumbuh gadis belia. memeluk berlian dia tetap bercahaya. Ibunya menyapa gembira. Aku penuh hukum pengalih rasa.
Tersadar itu pasti. Namun kaca sudah retak. Namun kaca tak sempat berteriak. Lewat irisan hati, rasa uap hati menggelembung. Hampir pecah ditusuk penyesalan tajam.
Bukan kata terlambat yang ingin kudengar. Tapi kata itu sudah terdengar. Menghardik kata tepat di ujung kerongkongan. Menyumpal mulut sempat berbusa.
Ku diam tak berasosiasi dengan acuh. Ku diam karena takdirku. Walau bahan ucap sudah langkah, bahan doa tak pernah sepi. Sebab itulah ikatan.
Suatu saat semuanya akan berjalan seperti seharusnya...
Komentar
Posting Komentar