Kisahku Memanggil Ibu

Ibu, Aku tak pandai mengalirkan kata-kata seperti yang dilakukan oleh para motivator. Aku tak biasa menghias kata-kata dalam untaian kalimat seperti "aku sayang ibu" atau mengatakan dengan lantang dan ringan "selamat hari ibu". Sungguh sampai saat Ini Aku masih menghitung berapa banyak kesempatanku untuk mendapatkan senyuman paling tulus dari senyuman yang pernah ada di muka bumi ini yaitu senyumanmu ibu.

Mungkin aku tak banyak bicara seperti mereka, tak periang seperti anak-anak remaja lainnya karena aku takut itu berlebihan dan akan menyakiti engkau ibu dengan kata-kata yang aku ucapkan. Apalagi menyakiti engkau dengan perbuatan. Kini aku telah tumbuh dewasa dengan sejuta kebanggaan dipunggung yang sedikit demi sedikit membuat kita lupa terhadap engkau. Tugas kuliah yang menumpuk, canda gurau bersama teman menjadi hal yang lebih aku anggap asyik daripada sekadar mencuci satu piring setelah makan, mencuci baju sendiri, mengantar engkau ke pasar.

Namun, dengan tegar berhias senyum engkau kerakan daya dan upaya untuk menggantikannya. Engkau selalu mengerti "ah, mungkin anakku sedang banyak tugas kuliah, aku tidak mau mengganggunya". Lelah dan tetesan keringat pun tak menghentikan cintamu walau banyak orang mengartikan itu "Pengorbanan". Dalam diamku, pikiran dan hati ini memikirkanmu walau engkaulah sebenarnya yang paling banyak memikirkan kami.

Aku yakin tidak ada kasih sayang diantara manusia yang melebihi cinta seorang ibu terhadap anaknya seperti yang engkau lakukan dua puluh tahun lamanya kepadaku dan tidak ada tangis yang lebih suci daripada tangis seorang ibu terhadap kesuksesan anaknya.

Tahukah engkau ibu bahwa engkau memiliki hari yang sepenuhnya milikmu. Hari dimana banyak yang update status di media sosial yang selalu memanggil namamu, me- mention namamu sehingga engkau menjadi trending topik pada hari itu. Setidaknya itu kata orang-orang. Lalu mereka banyak memberikan hadiah dan mereka mengatakan cukuplah untuk hari ini dan kebanyakan hari itu berlalu dan hari berikutnya kembalilah kesibukan seperti biasanya. Dalam hati, aku berkata "berbanggalah mereka yang dapat memberikan hadiah dan senyuman kepada ibu mereka".

Namun di dalam hati yang lebih dalam lagi aku bertanya "cukupkah satu hari ini untuk membuat ibu bahagia? " Aku tak pernah sanggup untuk menjawab pertanyaan itu.
Ibu, maaf adalah hal pertama yang ingin aku sampaikan sebelum kata terima kasih yang begitu besarnya. Maaf di usia yang sudah mulai menguning ini aku masih belum bisa membawamu bertawaf, bersa'i, memakaikan engkau baju ihram. Maaf karena sering membuatmu khawatir dikala aku pulang larut malam hanya untuk kegiatan duniawi. Maaf cucianku masih engkau yang selesaikan. Maaf untuk banyak hal yang tidak bisa aku sebutkan karena engkau sudah sangat banyak membantuku, menyayangiku dan dengan tulus menasehati.

Terima kasih telah mau membelikan kebutuhan yang kami butuhkan walaupun tak jarang engkau harus meminjam uang kesana-kemari demi itu. Terima kasih telah sabar dan ikhlas merawat kami selama dua puluh tahun ini. Apa yang bisa aku berikan? Sungguh tak akan sebanding dengan apa yang telah engkau berikan selama ini dan tak pernah sekali pun engkau menghitungnya.

Hanya bisa menghadirkan namamu dalam setiap doaku walaupun di dalam doamulah namaku engkau sebut disertai air mata keiradhaan di dalamnya. Aku yakin jika ada orang yang harus dicintai di dunia ini itu tidak lain adalah engkau ibu. Hanya bisa terus berusaha membuat engkau bahagia dan kelak suatu hari nanti kita akan pergi mengunjungi rumah Allah bersama-sama.

Dalam doaku aku berkata "ya Allah, masukkan ibuku kedalam jannahmu dan jangan biarkan hambamu ini masuk ke dalam jannahmu sebelum ibuku memasukinya terlebih dahulu".

Ibu, mungkin anakmu ini tak mampu mengucapkan kata sayang secara langsung, namun anakmu ini akan selalu ingat untuk mendoakan engkau, sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan engkau dengan selalu ingat betapa engkau telah bersusah payah membesarkan aku, merawatku dan disaat aku hendak berbuat keburukan aku akan berusaha menjauh karena pasti engkau selalu mengkhawatirkanku dan pasti sedih ketika tau hal itu.

Ya Allah, hamba mohon kirimkanlah surat ini kepada ibu terbaik sedunia, kirimkanlah tepat dihatinya dan apabila beliau menangis, aku mohon tangisan itu adalah tangisan keridhaan agar anaknya kelak sukses di kemudian hari baik di dunia maupun di akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri Kopi Sianida

Sembunyi di Dataran Sunyi

Ilusi Pengkhianatan