Ada apa di sekitar kita?

Pernahkah kita tanyakan seberapa banyak waktu yang telah kita gunakan untuk memikirkan hal yang tidak pernah ingin kita pikirkan lebih jauh?
Mungkin kita pernah melihat pria tua tak berdaya duduk di pembatas trotoar lampu merah yang tertunduk lesu, sementara tangannya menadah menunggu sebuah harapan dalam sepeser rupiah. Bajunya yang lusuh menghitam meninggalkan kemewahan dunia. Hatinya tertunduk malu akan ketidakberdayaan. Ia pun mebeku, menahan dinginnya dunia dan menahan penyesalan yang lebih dingin dari es. Pada saat itu terjadi, dimanakah kita. Mungkin tidak lebih jauh beberapa meter dari mereka atau mungkin hanya sejengkal jari ataukah hati kita berada ribuan kilometer dari tempat itu?
Bahkan tulisan ini dibuat dari ketidakpeduliaan. Dimana ketikan jari bersamaan dengan bunyi perut mereka yang tertahan lapar. Bersamaan dengan kaki-kaki mereka yang berlari sekuat-kuatnya dari kejaran massa yang meneriakinya pencuri sementara pencuri berdasi duduk tenang tertawa kecil bersanding dengan pembicaraan bisnis ala mafia. Adakah hati yang menyadari ?
Pasti ada. Namun tak yakin bertahan lama. Mungkin karena alasan klasik seputar dunia. Sama-sama susah. sama-sama nyata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri Kopi Sianida

Sembunyi di Dataran Sunyi

Ilusi Pengkhianatan