Kereta Inspirasi

Ini merupakan penggalan kisah saya merantau sehari,sendiri ke kota pahlawan. saya bertemu orang-orang baru. Ya, ketika memulai perjalanan ke kota pahlawan. Sebelumnya saya bertemu dua teman dari kampus. Entah memang mungkin kebetulan. Mereka berdua juga menyiapkan perjalanan. Saat itu, mungkin kereta api menjadi transportasi favorit. Saat itu pula aku baru tau sistem boarding pass sebelum masuk ke gerbong kereta. Terakhir kali naik kereta, sistem ini belum terlihat. Itu pun bertahun-tahun yang lalu. Jika diperinci, prosesnya tidak begitu rumit. Cukup liat code unik dari tiket kereta.Masukan kode ke salah satu komputer khusus di sekitar lobi pemeriksaan. Jika instruksi dilakukan dengan benar, Kertas kecil akan keluar bertuliskan boarding pass beserta detail lengkap informasi pemesanan. Mirip seperti yang tertera pada tiket. setelah itu pergi ke antrian pemeriksaan boarding pass sebelum menuju gerbong kereta. Pemeriksaan juga mengharuskan memperlihatkan KTP. Setelah prosedur saya lewati. Saya mencari gerbong sesuai dengan tiket. Gerbong enam.

Disinilah saya bertemu dengan orang-orang baru yang menginspirasi. Pertama, saya mencari tempat duduk. melihat dari informasi pada tiket, seharusnya saya berada dikursi nomor 11. saya mencarinya dan tidak lama kemudian saya mendapati deretan kursi tersebut. Ternyata sudah ada orang yang lebih dulu duduk di deretan kursi tersebut. Seorang ibu dengan barang bawaan yang cukup banyak.

Saya coba mendekati ibu tersebut sekaligus memastikan itu benar-benar kursi 11. kursi dimana saya akan duduk. Ibu tersebut meyakinkan saya dengan menanyakan di kursi mana saya akan duduk. Ternyata benar, saya duduk berhadapan dengan Ibu tersebut. Beliau menginstruksikan banyak hal kepada saya. Sepertinya beliau sangat berpengalaman dan sering naik kereta. Terlihat dari caranya menasehati saya tentang bagaimana menjaga barang bawaan saat dikereta. beliau juga menyakinkan saya bahwa  kereta api cukup aman. Jarang ada pencopet. Namun harus juga waspada. Beliau juga mengklaim dia bukan orang jahat. Dilihat dari segi manapun beliau orang yang cukup aktif dalam sebuah pembicaraan. sekalipun dengan orang asing. Waktu menunjukan puku 6 pagi. Kereta seharusnya berangkat pukul 06.10.

Sambil menunggu, Beliau memulai percakapan tentang tujuan saya. Ternyata kami sama-sama akan ke Surabaya. bahkan turun di stasiun yang sama. Beliau juga menceritakan tentang tujuannya. siapa yang akan menjemputnya disana. Semakin jelas bahwa beliau orang yang aktif berbicara. ekstrovert. Agak kurang nyaman bagi saya. Si introvert. Namun,selama saya masih bisa mengikuti topikny, saya akan berusaha untuk aktif berbicara juga.

Tepat dibelakang deretan kursi tempat saya duduk terdengar suara bising khas anak laki-laki ketika berkumpul. Sempat melihat ke belakang sebentar.Ternyata kumpulan remaja. Curi dengar, mereka sedang menyiapkan liburan. Juga di kota yang sama. Surabaya. Saat ini memang masih suasana liburan sekolah. Jadi banyak yang bersiap untuk liburan.Kondisi gerbong masih agak lengang. Tidak banyak penumpang. Beberapa menit kemudian, terdapat rombongan menuju deretan kursi tempat saya duduk. Seorang Kakek dan 2 orang anak remaja membawa barang cukup banyak.

Lagi-lagi sang ibu memberi saran kepada kakek. Kakek menanggapi sambil berjalan mendekati deretan kursi tempat saya duduk. Beliau duduk di samping saya. Saran sang ibu cukup memberi pengalaman tentang seluk beluk perkeretaapian. Beliau membicarakan porter, petugas pembawa barang bagi penumpang yang ingin menyewa jasanya. Si kakek menjelaskan bahwa beliau tidak sempat untuk menggunakan tenaga porter. Beliau berjanji akan melakukannya di lain kesempatan. Saya sempat mengamati sekitar. Tentang Kakek dan sang Ibu yang memulai percakapan lagi. Tentang dua anak remaja bersama kakek tadi. mereka duduk berhadapan. Salah satunya memakai headset. Rambutnya gundul berambut tipis. Sempat mengikuti pembicaraan sang kakek dan ibu yang sudah mulai hangat. Saya mendapatkan banyak informasi. Saya tau bahwa dua anak yang tadi saya amati masih sma. Salah satunya adalah cucu si Kakek. Satunya lagi adalah seorang temannya. kakek dan kedua anak itu akan ke surabaya. Si kakek hanya mengantar dan akan kembali setelah mengantar kedua anak itu. Semua saya dapatkan dari percakapan mereka. Kereta hampir berangkat. tampak cahaya muda matahari samar-samar terlihat dari kaca jendela. Saya selalu suka duduk di dekat jendela.

Beberapa menit sebelum kereta bergerak, terdapat pasangan muda dengan membawa satu balita. Mereka juga duduk pada deretan kursi tempat kami berceloteh. Lebih tepatnya si ibu dan kakek yang berceloteh. Saya hanya menjadi pendengar. Semua dengan satu tujuan yang sama. Liburan. kecuali saya dan si Ibu. Saya menghadiri acara Android Event. Si ibu hendak pulang kampung. Pasangan muda itu tampak disambut meriah oleh si ibu. Apalagi pada si balita, si ibu sangat aktif bercanda dengannya. Percakapan kini makin luas. Semakin banyak orang yang bergabung membentuk percakapan serius. Saya hanya bisa tersenyum melihat pasangan mudah tersebut. Sibuk mengurusi si balita. Dalam hati Saya ingin sekali seperti itu. Pertanyaan itu nantinya akan bermuara ke satu pertanyaan legendaris. Kapan menikah?

Tentu itu masih sangat Jauh sekali. Jadi saya simpan keinginan itu dalam lubuk hati. Supaya susah diakses. Topik pembahasan mulai menarik dan cukup menyebalkan. Si Kakek mulai mengutarakan pemikiran soal politik Kota saat ini. Disambung dengan Masalah nasional isu penistaan agama. Si Ibu dan Ayah muda sempat menanggapi. Intinya mereka kurang setuju dengan aksi menjadikan seseorang diluar agama islam itu menjadi penista Agama. Saya hanya bisa mendengarkan saja. Saya tidak menanggapi. Saya tidak punya kapasitas untuk menilai persoalan besar seperti itu. Pada titik percakapan tertentu, saya tertarik dengan pengalaman si Ibu. Beliau dulu adalah seorang Sinden dan penari. Beliau pernah menari sampai ke Jepang dan beberapa negara asia tenggara. Dalam hati saya kagum. Saya ingin sekali ke Jepang. dan Ibu ini sudah mengalahkan saya dari aspek tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sembunyi di Dataran Sunyi

Menebak Pagi

Ilusi Pengkhianatan